Minggu, 26 Oktober 2008

“Saat Saya Menerima Tuhan Yesus Secara Pribadi”

Nama saya Ni Luh Ketut Sri Agustini, saya lahir di Denpasar dan dibesarkan dilingkungan keluarga Hindu, dengan adat-istiadat kental bernuasa Bali . Satu lingkungan keluarga besar beragama Hindu tidak ada satupun yang Kristen. Sungguh luar biasa saat Tuhan menjamah hati dan kehidupan saya, ini berawal saat saya bekerja di salah satu perusahaan swasta tepatnya di PT.Trimegah cabang Bali dimana ada beberapa teman saya yang beragama Kristen, di lingkungan kerja saya seperti kebiasaan saya di rumah, saya sangat rajin memanten (menghaturkan sesaji) disetiap sudut ruangan dan di depan komputer. Saat teman saya yang beragama Kristen menanyakan manfaat menghaturkan sesaji, terjadi Tanya jawab yang seru saya dengan bangga menjelaskan kelebihan kita sebagai umat Hindu, dimana Tanya jawab yang awalnya santai tapi pada akhirnya berakhir dengan perdebatan, saling membanggakan agama masing-masing.

Tapi setelah terjadi perdebatan itu saya semakin rajin memperdalam agama saya, saya mulai membeli kitab Weda, saya baca, saya bermaksud agar bisa berdebat lagi, tapi semakin saya pelajari semakin saya tidak menemukan Tuhan, sampai suatu saat saya berpikir, katanya Tuhan itu satu, Tuhan Yang Maha Esa, tapi kenapa ada Tuhan orang Hindu, Tuhan orang Islam, Kristen, Budha dll. Satu saat saya bertanya dengan teman teman yang berbeda agama yang akhirnya pada kesimpulannya “sudahlah jangan diperdebatkan masalah agama yang pasti Tuhan itu satu Tuhan Yang Maha Esa, hanya cara kita aja yang berbeda-beda menyembahNya” titik. Saya tidak puas dengan jawaban itu saya terus memcari siapa sebenarnya Tuhan itu, Tuhan yang mana yang benar?

Didalam masa pencarian siapa Tuhan, saya memdapat suatu keajaiban, saat saya mau berangkat kerja, saya masuk ke dalam mobil tapi tiba-tiba saya merasa sangat aneh, saya merasa ada seseorang disamping saya, padahal saya hanya seorang diri, saya penasaran saya periksa ke jok belakang saya pikir jangan-jangan ada pencuri semalam yang menyelinap di mobil saya, tapi tetap saya tidak menemukan siapapun. Sampai saya di kantor, perasaan ada seseorang duduk di jok samping saya menyetir semakin terasa sampai akhirnya saya menoleh lagi ke samping dimana saya kaget, kok, dibawah jok mobil saya ada sesuatu yang bersinar apakah itu? Tanya saya dalam hati, saya mendekatkan kepala saya ke arah sinar itu dan ternyata sebuah foto berukuran 3x4, saya ambil foto itu dan saya perhatikan foto itu, dimana gambar yang ada di foto itu matanya begitu teduh langsung menusuk ke dalam hati saya, saya bertanya , Foto siapa kah ini, mataNya begitu Teduh saya merasakan kedamaian ada pada-Nya. Dan saya sama sekali tidak tahu kalo foto itu adalah foto Tuhan Yesus karena dari kecil sampai saya bekerja saya tidak pernah melihat foto Tuhan Yesus. Kemudian foto itu saya bawa masuk ke kantor saya langsung bertanya kepada teman-teman, eh saya menemukan foto ini di jok mobil, trus teman saya langsung menjawab eh itu kan foto Tuhan Yesus, sri, oooooo ini foto Tuhan Yesus ya ….saya balik menjawab, Dan temen saya yang saya ajak berdebat itu langsung menyahut, ‘eh sri kalo Tuhan sudah memanggil dan memilih kamu, kamu tidak akan bisa lari’ dengan marah saya menjawab “Enak aja emangnya gue gak punya tuhan?? Aku juga punya tuhan tahu” saya menjawab dengan ketus dan mengeraskan hati saya. Tapi foto Tuhan Yesus tetap saya simpan setiap kali saya memandangnya saya merasa damai.

Saya semakin binggung dan lelah belajar dan mencari-cari Tuhan yang sebenarnya, sampai suatu malam saya menonton sebuah acara rohani di TV “Solusi”, dari situ akhirnya saya meniru cara berdoanya, entah kenapa untuk pertama kalinya saya berdoa dalam nama Yesus, doa saya begini, “Tuhan Yesus, jika saya ini layak menjadi pengikutmu,tunjukan saya kebenaran,,tapi jika saya tidak layak jadi pengikutmu kembalikan saya dengan tuhan saya yang dulu agar saya tidak bermasalah dengan keluarga saya, saya lelah Tuhan’’……..Selesai mengucapkan doa itu tiba-tiba ada suatu yang mengalir dalam jiwa saya, saya merasakan suatu suka cita dan damai sekali, yang belum pernah saya rasakan, Saya merasa Tuhan Yesus hadir memenuhi jiwa saya, saya langsung menanggis tersungkur di tempat tidur saya , saya bilang terima kasih Tuhan, Engkau telah membuka hati saya sehingga saya bisa merasakan kehadiranMu, saya tiba-tiba mengerti apa yang telah saya dengar dan perdebatkan dengan teman saya di kantor, Tuhan telah memberikan kepada saya kebenaran, menyatakan diri-Nya siapa Tuhan sesungguhnya. Saat malam itu juga secara pribadi saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat saya secara pribadi, hanya saya dan Tuhan yang tahu malam itu menjadi sangat indah dalam hidup saya.

Kini saya mulai mempelajari Alkitab, singkat cerita saya memberanikan mengatakan kepada teman-teman saya ingin lebih mengenal Tuhan Yesus, dan mereka sangat mendukung saya, ada yang memberi saya Alkitab, renungan harian dan cara membaca Alkitab dan renungan harian, dan Mereka bilang sebelum membaca firman Tuhan berdoalah dulu biar Roh Kudus yang memimpin kita dalam memahami firmanNya, dan saya mulai rajin membaca firman Tuhan dan setiap pagi saya selalu saat teduh bersama Tuhan, tapi saya melakukan semua itu secara sembunyi-sembunyi takut kalau oranga tua saya tahu, Alkitab saya selalu taruh di dalam tas saya, tapi pada akhirnya orang tua saya mengetahuinya mereka sangat marah sekali, bapak saya bilang begini, “kalo kamu ingin memperdalami agamamu jangan bertanya kepada orang yang beragama lain jelas mereka ga ngerti,kalo kamu mau belajar agama Hindu, kalo kamu mau ke India silakan bapak biayai kamu ke sana’’ dan ibu saya saat itu juga sangat marah…Ibu saya bilang gini “sri kalo sampai kamu pindah agama, lebih baik ibu sama bapak mati aja, ibu malu dengan keluarga besar, bapak sama ibu gagal mendidik kamu, ibu mau mati saja” mendengar itu hati saya sangat sedih sekali, dimana saya baru memulai untuk belajar lebih dekat dengan Tuhan sudah ada cobaan seperti ini, akhirnya saya bersepakat dengan orang tua saya, saya tidak akan belajar agama Kristen lagi, untuk menenangkan hati mereka. Semakin di kekang semakin diawasi, saya semakin tidak bisa berpaling dari Tuhan Yesus. Walau dengan sembunyi-sembunyi, Alkitab dan renungan saya taruh di kantor dan saya membacanya di kantor, saya juga banyak belajar dari internet, membuka situs-situs rohani, dari kaset-kaset, saya merasa Tuhan sangat membimbing saya dalam proses belajar saya, apa yang ingin saya pelajari Tuhan selalu menyediakan, apa yang ingin saya tahu dan mengerti Tuhan menjawabnya, tetap dengan sembunyi-sembunyi. Saya masih tetap ke Pura, saya masih tetap mebanten saat melakukan semua itu saya selalu minta ampun sama Tuhan, Tuhan Yesus saya melakukan semua ini hanya untuk menunjukan di depan orang tua dan keluarga saya aja, bukan berarti saya menyembah iblis atau menduakan Tuhan, kadang sesaji itu saya taruh seenaknya saja kadang jika tidak ada keluarga yang melihat saya buang sesaji itu ke tong sampah, saya terus memohon kepada agar Tuhan memberikan saya kekuatan dan keberanian untuk berterus terang kepada orang tua dan keluarga saya. Ke Gereja pun saya sembunyi-sembunyi, alasan saya olah raga pagi, saya pakai pakaian olah raga dan sepatu olah raga, tapi dekat Gereja saya ganti sepatu dengan sandal, saya masih ingat saat ganti sepatu di jalan dekat gereja saya digonggong anjing (saya tidak ganti di gereja karena saat itu saya tidak kenal siapa-siapa di Gereja) dan saya ke Gereja memakai pakaian olah raga, saat itu saya sendiri tidak ada teman yang saya kenal di Gereja, saya berpikir, saya ke Gereja untuk mencari Tuhan dan bukan untuk memamerkan pakaian. Saya tidak peduli dengan pakaian yang saya pakai saya begitu rindu dan sungguh-sungguh ingin mengenal Tuhan, saya masuk ke gereja GKPB (Gereja Kriten Protestan di Bali) karena menurut teman kantor saya kalo GKPB banyak orang Bali nya, pendetanya aja orang Bali , banyak yang pergumulannya seperti saya. Hingga pada akhirnya saya memberanikan diri bertemu dengan pendeta di gereja itu Bpk pendeta Putu Widiarsana, hingga akhirnya kami banyak sering dan akhirnya saya ikut katekisasi. Pak pendeta memberikan saya buku katekisasi yang berjudul Jalan Keselamatan dimana buku itu persis seperti buku yang saya mimpikan, dimana saya mencari kemana-mana tidak ketemu eh akhirnya buku itu diberikan kepada saya.

Saat pelajaran dirasa cukup sama Tuhan, kini tiba saatnya Tuhan memberi saya ayat-ayat yang keras, dimana saya selalu dituntun untuk membaca ayat-ayat yang intinya, jika sesorang mau mengikuti Tuhan tapi masih menoleh ke belakang melihat orang tuanya dia tidak layak bagi Ku. Ayat itu selalu tergiang di telinga saya, kemana pun saya pergi, apapun saya lakukan Tuhan selalu mengingatkan saya, “Sri…kamu lebih memilih Aku, Tuhan mu apa orang tua mu?” suara itu selalu terngiang di telinga saya, terlebih saat saya mebanten atau pergi ke Pura bersama keluarga saya. Hati saya semakin bergolak, menjerit, Tuhan berikan saya keberanian, berikan saya kekuatan, luaskan Roh Mu bekerja dalam hati saya, akhir nya saya semakin dikuatkan, saya harus mengambil sikap, saya harus mengambil keputusan apapun yang terjadi saya akan tetap memilih Tuhan Yesus, saya percaya Tuhan tidak akan membiarkan saya berjuang sendiri.

Pada suatu hari saya bilang kepada ibu saya,”Bu saya tidak mau mebanten lagi, saya tidak mau ke pura lagi karena saya tidak bisa berpaling dari Tuhan Yesus, saya ingin menjadi pengikutNya, saya merasa damai saat mengenal Tuhan Yesus”. Mendengar semua itu ibu saya langsung menangis, dia langsung memberitahu kakak-kakak saya dan beberapa keluarga, mereka sangat kaget sekali. Dan tanpa sepengetahuan saya, mereka pergi ke dukun untuk memutuskan ikatan saya dengan Tuhan saya, katanya dukun itu biasa menangani masalah seperti ini dan sering berhasil mengembalikan kepercayaan mereka ke Hindu lagi.

Dan menurut kakak saya, dukun itu bilang begini,’’ dukun itu melihat sinar terang di kepala saya, Yesus memang memanggil saya, tapi dukun itu bilang dia bisa memutuskan ikatan itu, dan saya disuruh ke sana minta ampun dan membawa roti dan anggur” saya kaget sekali karena saya harus pergi ke dukun itu bersama kakak,ibu dan beberapa kerabat dekat. Saya bilang kepada keluarga saya, kalo saya tidak boleh pergi ke tempat seperti itu, dalam ajaran agama Kristen kita tidak boleh pergi ke dukun, saya bilang begitu, tapi mereka bilang begini, jika dengan pergi ke dukun tapi kamu tetap tidak terpengaruh, dalam artian kami tidak bisa mempengaruhi kamu untuk kembali ke agama yang dulu, maka kamu boleh ke Gereja, mereka sangat yakin bisa mengembalikan saya ke agama saya yang dulu. Ok kalo persyaratannya begitu saya menyetujui, karena saya yakin Tuhan Yesus tidak akan membiarkan saya berjuang sendirian, karena sebelumnya saya bermimpin, saya dipaksa oleh keluarga saya untuk berdoa secara Hindu kami menaiki tangga putih dan saya bertanya kepada Tuhan, Tuhan apa yang saya harus lakukan dan Tuhan menjawab dengan Tegas, “DOA DALAM NAMU KU!!!!” dan persis seperti mimpi saya, di tempat dukun itu kami menaiki tangga yang berwarna putih ke tempat pemujaan mereka dan saya selalu ingat yang dikatakan Tuhan, Doa dalam Nama Tuhan Yesus, dalam hati saya , saya terus berdoa, Tuhan Tolong saya, Tuhan berikan kekuatan pada saya,….dan ternyata dukun itu tidak sendiri, dia bersama istrinya mengucapkan mantra-mantra, di tempat pemujaan mereka yang banyak patung-patung nya. Kami duduk berhadap-hadapan, dukun yang satunya sibuk membacakan mantra-mantra dan dukun yang satunya terus berusaha mempengaruhi saya, mereka bilang jika saya berpaling dari agama saya yang dulu saya akan celaka, keluarga saya akan hancur, saya yang akan menanggu akibatnya, mendengar itu keluarga saya yang ikut mengantar saya menangis semua, mereka ketakutan sekali, Tapi dengan jelas dan tegas saya bilang ke mereka dan ke dukun itu “ saya tetap yakin pada Tuhan yang saya sembah, Tuhan Yesus, dan jika saat ini sekali pun otak saya di operasi saya tidak akan berubah” dukun itu sangat kaget mendengarnya, dan dukun itu menjadi geram dan dia menantang saya dia bilang begini “eh sri kamu begitu yakin dengan Tuhan kamu Yesus, kalo kamu begitu yakin hadirkan Dia di sini, karena saya, kata dukun itu, saya bisa menghadirkan apa yang saya sembah, saya bisa menghadirkannya di sini kata dukun itu” mendapat tantangan dari dukun itu saya hanya menjawab, pak saya tidak perlu menguji Tuhan Yesus seperti itu, dia cukup hadir di dalam hati saya, dan saya juga ingin Tuhan Yesus menjamah hati pak dukun juga.

Singkat cerita dukun itu tidak mampu mempengaruhi saya, kami di sana sampai jam 11 malam dan akhirnya kami pulang kerumah, dan saya berpikir saatnya saya boleh ke Gereja karena saya tidak terpengaruh seperti janji kakak saya. Tapi apa yang terjadi, ibu saya tiba-tiba menangis di kamar saya, ibu saya sampai muntah-muntah. Ibu mau mati saja kalo begini jadinya kalo kamu tetap pindah agama ibu mati saja, saya sangat sedih sekali, saya diam-diam sms ke bapak pendenta agar saya dikuatkan, ibu saya terus menangis sampai pagi, semalaman kami tidak tidur dan keesokan harinya saya pagi-pagi didatangi oleh om saya, yang ingin mengingatkan saya, saya dan om terlibat perdebatan. Dengan tubuh dan pikiran yang sangat lelah hari itu saya pergi juga kekantor, dikantor saya hanya bisa menangis dan berbagi cerita dengan teman-teman seiman di kantor saya. Pada saat yang melelahkan itu saya mendapat suatu artikel dan membaca buku yang sangat menguatkan saya, yang intinya, Aku Tuhanmu akan membaptis kamu dengan api untuk memurnikan imanmu, dan saat saya telpon bapak pendeta saya beliau juga memberikan saya semangat , ingat sri, masa ini masa pra paskah penderitaan Tuhan Yesus tidak sebanding dengan penderitaan kita, penderitaan kita tidak sampai mencucurkan darah, seperti Tuhan,. Setelah diingatkan itu saya berpikir, oh iya ya…penderitaan saya tidak seberapa dibanding penderitaan Tuhan Yesus. Saya yakin Tuhan sedang membentuk saya, memurnikan iman saya.

Saat kembali kerumah, ibu saya masih saja sedih, dia selalu saja berkeluh kesah, ibu malu sekali dengan keluarga besar, ibu tidak berhasil mendidik kamu, terus saya bilang begini ke ibu saya, bu ibu telah berhasil mendidik saya, sampai sekarang saya telah bekerja, tapi masalah kepercayaan itu sangat pribadi sekali tidak bisa dipaksakan, kalo ibu malu dengan keluarga besar, kalo saya Kristen, sebaiknya saya pergi saja dari Bali, bilang ke keluarga besar kalo saya dipindah tugas kan ke luar Bali, supaya ibu tidak malu, percaya sama saya bu saya bisa mengurus diri saya sendiri dan saya percaya Tuhan akan memelihara saya. Saat saya mengambil keputusan untuk pergi dari Bali, saya bilang dalam hati, Tuhan saya siap untuk pergi, saya siap kehilangan keluarga, saya siap kehilangan pekerjaan, saya siap kehilangan semuanya asalkan saja saya bisa menjadi pengikutMu, Tekat saya begitu bulat, mantap, walaupun di sana saya menjadi pembantu rumah tangga sekalipun saya hanya makan nasi putih saja tidak jadi masalah asalkan saya tidak sembunyi-sembunyi seperti ini, saya ingin dibaptis, saya ingin ke gereja, saya ingin menjadi saksi kemuliaan Mu tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini, saya benar-benar siap.

Dan Tuhan jauh melihat ke dalam hati kita. Tuhan melihat ketulusan hati dan kesungguhan saya. Saat akan berpamitan ke pendeta saya, beliau menyarankan saya agar tidak pergi dari Bali, alangkah bagusnya kalo saya bisa bertahan dalam situasi apapun, ibaratnya bunga mawar yang tumbuh dilumpur sekalipun namun tetap harum Kemudian pak pendetanya memberikan solusi, sri kamu doa minta jodoh saja sama Tuhan, tapi saya bilang ke pak pendeta, dari pada doa minta jodoh lebih baik saya doa agar orang tua saya bertobat dan menerima Tuhan Yesus. Saya tidak mau mencari gampangnya menikah dengan orang Kristen untuk menjadi Kristen tapi saya memang ingin benar-benar bertobat secara pribadi bukan karena pernikahan. Pak pendetanya menjawab, “saat ini apapun yang kamu lakukan pasti dianggap salah, kecuali saat kamu sudah nikah,kamu bisa bersaksi lewat kehidupan rumah tangga kamu, “ saya pikir-pikir bener juga kata pak pendeta, dan akan saya pertimbangkan.

Setelah menyelesaikan katekisasi, saya semakin mantap dengan keyakinan saya dan pada tanggal 8 Juni 2003 saya memberi diri saya di Baptis dihadapan Tuhan dan jemaat kristus kasih gereja GKPB, namun keluarga saya tidak ada yang tahu kalo saya sudah di Baptis. Lambat laun hubungan saya dengan ibu semakin membaik, karena ibu saya takut kalo saya pergi dari Bali . Bahkan ibu tidak pernah menyuruh saya sembahyang menurut Hindu lagi, ibu saya berkata, seandainya saya mendapatkan jodoh orang yang beragama Kristen, beban ibu akan berkurang, ibu bisa bilang ke keluarga besar kalo saya ikut suami. Dan saya bilang ke ibu saya, kita berdoa saja Bu, Tuhan Yesus pasti akan memberikan yang terbaik buat saya, indah pada waktunya.

Akhirnya saya mulai berdoa pada Tuhan untuk meminta jodoh, “Tuhan, persiapkan hambamu ini, persiapkan calon suami yang akan Tuhan pilihkan buat saya, dimanapun dia berada dan kalo kami sudah sama-sama siap pertemukanlah kami Tuhan, tapi kalo kami sama-sama belum siap kiranya jangan pertemukan kami dulu tapi bimbinglah dan ajari kami dulu untuk mempersiapkan diri kami masing-masing agar kami bisa membentuk rumah tangga yang Takut akan Engkau, amin”. Dan Tuhan menjawab begitu cepat, melalui bapak pendeta, kami di pertemukan di gereja, dan ternyata itu teman kuliah saya dulu, dan memang kami masing-masing lagi bergumul dengan pasangan kami masing-masing. Begitu cepatnya perkenalan ini, dan keluarga kami masing-masing sudah bisa menerima kami, bahkan dari pihak keluarga yang menyuruh agar kami cepat-cepat menikah. Dan pada bulan Agustus 2003 kami sepakat mengikuti konseling pra nikah selama 3 bulan dan akhirnya atas kehendak Tuhan kami menikah pada tanggal 6 Desember 2003 (6 bulan dari saat di Baptis) Dan kasih Tuhan semakin kami rasakan Tuhan memberikan berkat-berkatnya yang melimpah, pada tgl 16 Juni 2005 Tuhan memberikan kami seorang Putra yang kami beri nama Alment Karunia Ardestya (Alment = Allah menyertai) dan pada tgl 10 Juli 2005 Tuhan juga memberikan kami sebuah rumah yang indah bagi kami, rumah doa bagi kami, dan persekutuan doa kami. Iman kami selalu diperbaharui oleh Tuhan dan setiap hari jumat kami selalu perkumpul dengan teman-teman di persekutuan doa kami, memuji dan memuliakan Tuhan dan mendengar firman Tuhan. Kami belajar bersama-sama, dan kami di pimpin oleh seorang hampa Tuhan, pak Max, melalui beliau kami banyak belajar tentang buah-buah doa dan rahasia-rahasia kemulian Tuhan.

Dan kini telah hampir setahun pula Tuhan telah mempercayakan saya sebagai branch manager di perusahaan tempat saya bekerja, ini pun melalui doa dan pergumulan, dimana sebelumnya tugas ini saya hindari, saya tidak mau berdoa meminta jabatan ini, karena secara manusia tugas ini terlalu berat bagi saya, mana buah hati kami Alment masih kecil yang saat itu baru lahir. Dan saya di ingatkan kembali oleh Tuhan, bahwa setiap orang punya tugasnya masing-masing, ada yang sebagai hamba Tuhan, sebagai pendoa dan ada yang sebagai pekerja, dan Tuhan memberika tugas dan tanggung jawab saya ini untuk kemuliaan Tuhan juga, Seberat apapun Tuhan dan tanggung jawab kita asalkan kita berserah kepada Tuhan, semua beban itu akan Tuhan angkat. dan saya juga diingatkan melalui pekerjaan ini agar saya juga menjadi berkat bagi orang lain, saya terus diingatkan saya bekerja bukan untuk diri saya sendiri, tapi saya bekerja mengeban tugas dan tanggung jawab dari Tuhan, Tuhan memberkati saya agar saya juga menjadi berkat bagi orang lain.

—amin—

Terima kasih Tuhan Yesus.

“Tuhan jauh mengetahui ke dalam hati kita, Tuhan memberkati orang-orang yang hatinya tulus untuk Tuhan, hanya kita dan Tuhan yang mengetahuinya.”

GBU

KESAKSIAN MUHAMMAD RIZA SOLIHIN

KESAKSIAN MUHAMMAD RIZA SOLIHIN

Kategori: Kesaksian– Pertobatan

Seperti biasa, setiap Hari Rabu malam Ada KKR di gereja dan tadi malam kesaksiannya dahsyat.... Kotbahnyapun luar biasa (Pdt. Mohammad Riza Solihin). Tapi aku mau cerita yang bersaksi aja, nama 'after re-born' nya adalah Yehezkiel Immanuel (nama aslinya N. Arifin).

Bpk. Yehezkiel ini (sekitar usia 30th an) asli Madura, alias Madura asli beristrikan seorang turunan Dayak asli. Beliau memulai ceritanya bahwa dari lahir adalah keturunan 'sepupu', usia 17 thn masuk sekolah 'teologianya sepupu', sewaktu dewasa hijrah ke Sampit, Kalimantan. Di sana kerjanya adalah "ngerjain" orang-orang Kristen yang amat ia dan kelompoknya benci. Setiap hari Minggu mereka sengaja mengangkat penutup 'pengontrol got' supaya orang-orang Kristen yang mau ke gereja yang melewati trotoar terjebak jatuh ke dalam got !

Tidak sedikit korban yang keseleo dan luka. Hampir setiap subuh ia mengantongi batu-batu khusus melempari gereja-gereja, pokoknya benci banget dah !

Bpk. Yehezkiel ini kemudian berkenalan dengan seorang perempuan asli suku Dayak di sana , yang mana sama sekali tidak memakai atribut Kristiani sehingga ia tidak tahu kalau wanita ini orang Kristen. Namun setelah wanita ini mengaku jatuh hati padanya, dan ketahuan bahwa ia seorang nasrani tentulah ditolak mentah-mentah. Tapi karena sang wanita berjanji mau pindah kepercayaan dan bersedia menikah secara hukum agamanya, maka merekapun singkatnya menikah. Ternyata sang istri sesudah menikah tetap berdoa dengan cara 'lama', bukannya belajar Al Quran, melainkan terus membaca kitab sucinya sendiri.

Pertikaian sering terjadi, dan Bpk.Yehezkiel ini tidak tanggung-tanggung, bukan menampar saja, melainkan amarahnya bisa sampai memukul, menganiaya bahkan menginjak istrinya! Sudahpun demikian, sang istri hanya berkata, "dibunuhpun saya tidak apa-apa, asal jangan engkau suruh saya menyembah Tuhanmu, dan jangan bakar Alkitab saya ini. Saya sudah siap membayar harga sejak saya menikah denganmu." Istrinya tetap mendoakan dia.

Suatu kali (th '99-2000) terjadi kerusuhan besar di Sampit, dimana orang Dayak membantai orang- orang Madura, memenggal kepala mereka dan memakan daging mereka! Bpk. Yehezkiel sangatlah ketakutan! Betapa tidak, orang Dayak yang memiliki kuasa gelap ini bisa "mencium" bau orang Madura dari jarak 500 meter !

Beliaupun meminta tolong istrinya bagaimana caranya melindungi dia. Istrinya berkali-kali menjawab, "Saya tidak bisa melindungimu. Yang bisa menolong kamu adalah Tuhan Yesus , IA Tuhan yang hidup, yang menolong anak-anakNya tepat pada waktunya. Tidak ada yang mustahil bagi DIA, jadi minta tolonglah padaNya."

Tentu saja Bpk. Yehezkiel jadi marah, "ngapain minta tolong sama Tuhanmu yang gondrong, Tuhannya orang barat!". Tapi ketika ketakutan menghantuinya kembali dia minta tolong istrinya, " kan kamu orang Dayak, gimanalah caranya ngomong sama mereka! Kalau aku mati, gimana?" Istrinya berkata, "kalau kamu mati, ya kehendak Tuhan... Hanya Tuhan Yesus yang bisa menolong kamu, bukan saya."

Karena buntu, ia pun terpaksa memutuskan ikut ke pengungsian, tetapi istri tidak bersedia ikut, anak mereka waktu itu baru beberapa bulan usianya.

Karena truk sudah datang, istrinya membawakan beliau sebuah tas kecil, sambil berpesan, "semua yang kamu perlukan Ada dalam tas itu." Bpk.Yehezkiel tidak sempat membuka apa isinya, pokoknya dia percaya saja, lalu naik ke truk dan duduk paling pojok, penuh dengan rasa takut. Truk tersebut dikawal oleh 4 orang tentara, di dalamnya ada sekitar 20 orang.

Tiba-tiba di tengah jalan mereka bertemu dengan segerombolan orang Dayak yang jumlahnya hampir seratus, berteriak agar diserahkan orang-orang Madura yang di dalam truk.

Merasa bertanggung jawab, seorang tentara berkata, "tidak bisa! Langkahi dulu kami!" Tentara tersebut menembak, tetapi sebuah 'sumpit beracun' menghujam dadanya, tentara itu tewas seketika!

Teman-temannya berlari dan meninggalkan ke 20 orang Madura di dalamnya.Wah, mereka tentu takut setengah mati! Semua sembahyang dan komat-kamit, hanya Bpk.Yehezkiel yang 'kelu', ketakutan menyergap dia sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba seorang ibu muda berdiri, sambil membopong bayinya, mungkin bermaksud meminta belas kasihan... namun hanya dalam hitungan detik, kepalanya sudah jatuh ke tanah, dengan darah yang tersembur dari batang leher yang putus! Suaminya reflek berdiri menangkap bayinya, segera sebuah tombak menembus perutnya !

Saat itulah, Bpk. Yehezkiel "coba- coba" (siapa tahu benar kata istrinya) berseru dalam hati, "Tuhannya istriku... Kalau benar Engkau Tuhan yang hidup dan tidak ada yang mustahil bagiMu, maka permintaanku sangatlah mustahil: aku ingin selamat! Dan kalau aku selamat maka seumur hidupku sampai selama-lamanya aku akan menyembah Engkau."

Dalam sekejap, ia merasakan ada sesuatu yang membungkus tubuhnya. Segera satu persatu orang-orang dalam truk itu dibantai, Dan iapun harus berdiri... tetapi aneh sekali, sekian banyak orang Dayak itu tidak ada yang melihatnya!

Ia berjalan di antara orang-orang Dayak dengan penuh keheranan, lalu berlari terus menuju sungai yang di pinggir jalan. Di belakangnya ia melihat 3 orang mengejar, ia kira mengejar dirinya, ternyata... mereka 'membaui' ada orang Madura yang bersembunyi dalam sungai, orang itupun mati ditombak! Tetapi tetap saja mereka tidak melihat dan 'membaui' Bpk.Yehezkiel yang ada di seberang sungai yang sama... sesuatu yang "mustahil" sudah Tuhan lakukan. Apa yang ia harus lakukan sekarang?

Sesudah peristiwa itu berakhir, ia kembali ke jalan raya dan berdoa (kali ini bersuara). "Tuhannya istriku, kamp penampungan masih 8.5 km dari sini, saya tidak tahu harus bagaimana... bukankah tidak ada yang mustahil bagiMu, dan Engkau menolong anak-anakMu tepat pada waktunya?" Seketika itu, sebuah mobil tentara lewat dan berhenti di depannya! "Bapak orang Madura kan ? Ayo cepat naik, kami mau ke penampungan, hari ini penyisiran terakhir orang-orang Madura harus keluar dari Sampit ! "

Terheran-heran ia melihat pekerjaan 'Tuhan istrinya'... Sampai di kamp, puluhan ribu orang-orang Madura di sana berkumpul. Karena sangat lapar, ia mencoba membeli makanan, ternyata uangnya yang banyak itu tidak laku! Saat itu, sebuah sepeda motor hanya ditukar dengan 1 dus supermi dan 1 karton aqua. Untuk 3 dus supermi + 3 karton aqua ditukar dengan sebuah mobil L300, harta tidak lagi berharga! Ia sangat kelaparan, dibukanya tas kecil mengingat pesan istrinya, "apa saja yang kamu butuhkan ada di situ" ternyata... isinya "hanya" sebuah Alkitab!

Maka sekali lagi ia berdoa, "Tuhan istriku... Engkau sudah menyelamatkan aku sejauh ini, pastilah tidak membiarkan aku mati kelaparan. "Mustahil" rasanya mendapatkan makanan di tengah situasi begini, tetapi bukankah tidak ada perkara yang mustahil bagiMu?" Lalu ia beranjak keluar, berjalan saja mengitari pinggiran camp, ternyata seorang teman melihat dia dan memanggil namanya lalu membagikannya makanan, GRATIS!

Bukan hanya cukup untuk dirinya, ia juga bahkan bisa membagikan pada beberapa orang lain. Luar biasa! Sesudah itu tiba-tiba terdengar suara speaker, diumumkan ada truk-truk yang siap mengangkut 3.000 orang ke Surabaya subuh nanti (12 jam dari waktu itu), jadi yang mau ikut diharapkan naik ke truk. Maka mengerikan sekali, orang-orang berhamburan berebutan naik ke atas truk, bahkan bergelantungan di badan truk, yang penting bisa ikut terangkut ke pelabuhan. Ketakutan membuat orang-orang ini kehilangan akal, betapa tidak... di dalam kamp pun kadang-kadang ada yang bisa tertombak mati.

Tidak sedikit yang mati terinjak-injak saat itu !

Bpk. Yehezkiel 'bengong' melihat truk-truk yang 'diselimuti' manusia, dan ia berdoa, "Tuhannya istriku... aku ingin ke Surabaya , tapi tidak bisa dan tidak mau naik truk yang seperti itu..."

Tiba-tiba ketika ia sedang berdiri di pinggir kamp, sebuah truk lewat, isinya hanya beberapa orang! Truk itu ternyata milik ipar pamannya, dan iapun naik ke truk itu. Sampai di pelabuhan, begitu truk mereka naik ke kapal, pintu kapalpun ditutup. Masih ratusan orang yang tidak terangkut, seorang ibu tampak meratap, memohon belas kasihan, "suami dan bayi saya sudah naik Pak, tolong saya bisa ikut... kasihan bayi saya bisa mati kalau tidak ada yang menyusui... tolonglah saya, Pak..." Tetapi tanpa belas kasihan petugas berkata, "Gak bisa! Kalau diijinkan pada naik akan melebihi kapasitas!"

Tali dilepas dari dermaga, hati Bpk. Yehezkiel terenyuh melihat ibu itu. Kapal sudah mulai berjalan perlahan, ia kembali berdoa, "Tuhannya istriku..., kalaupun saya tidak ikut, saya ingin ibu itu bisa naik menggantikan saya..." Ternyata kapal merapat kembali, terdengar suara kapten dari speaker, "Semua penumpang yang masih ada di dermaga pelabuhan cepat naik !" Sungguh, semua yang "mustahil" dan "pertolongan yang tepat waktu" terus terjadi sepanjang hari, membuat Bpk. Yehezkiel 'melihat' betapa Tuhan istrinya itu, Tuhan Yesus, adalah Tuhan yang hidup !

Melewati 7 thn berlalu, Bpk.Yehezkiel menyadari, karena seorang istri yang bersedia membayar harga, ia saat ini mengenal dan melayani Tuhan Yesus. Dalam perjalanan pulang di mobil, kami ber-3, rekan saya bilang, 'istrinya luar biasa!'.

----------
Benar, tapi memang untuk menyelamatkan seorang Yehezkiel (Arifin), istrinya itu ditempatkan dan dilengkapi dengan karunia tersebut, maka ia siap membayar harga. Kalo enggak, ampun deh...tolooonggg. ....mana tahan.

Ada satu 'pesan' luar biasa dari pdt. M. Riza (juga mantan agama seberang pernah masuk acara "Solusi") di akhir ibadah beliau bercerita diketemukan dengan 3 orang tokoh besar agama yang penasaran ingin bertanya tentang kekristenan, tapi 8 pendeta menolak karena tidak mau mengambil resiko konflik agama, apalagi seorang dari mereka adalah orang ternama dalam pemerintahan.

Tadinya Bpk. Riza menolak karena tidak memiliki argumentasi secara teologis, tetapi orang yang meminta padanya meneguhkan bahwa Roh yang ada bersamanya akan bersaksi asal dia bersedia, maka Bpk. Riza langsung mengatakan, "YA !"

Singkatnya, ia bertemu dengan ke-3 orang ini, plus seorang anak muda usia 21 th yang mendampingi. Mereka bertanya seputar (biasa deh) "Tritunggal, siapa Isa/Yesus, apa bedanya Yesus dengan nabi mereka". Semua dijawab dengan padat dan dimengerti serta diterima oleh ke-3 orang ini.

Dalam 1,5 jam perbincangan yang akrab, pak Riza akhirnya membawa mereka lunch, dan di perjalanan Bpk. Riza meng'interview' anak muda usia 21 th tersebut rupanya sudah 2 thn menerima Tuhan Yesus dan ketahuan, lalu digebukin, ditikam, dianiaya... namun tidak keluar dari sana (karena Roh yang mengutusnya tetap ada dalam lingkungan tersebut), dan tetap membalas dengan kasih... kasih...kasih. .. sampai ke-3 sesepuhnya ini MENERIMA TUHAN YESUS, bahkan sudah DIBAPTIS bersama dengan 11 orang lainnya di 'pesantren' mereka secara diam-diam.

Karena mereka tidak bisa keluar dari komunitas mereka (mengepalai 9 rumah ibadah / pesantren dengan ribuan jemaat), maka pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka membuat mereka diam-diam minta dipertemukan dengan hamba Tuhan Yesus.

Luar biasa ya... Akhir pertemuan itu, Bpk. Riza bertangis-tangisan, pemuka agama tersebut minta didukung dalam DOA karena tidak mungkin menanggalkan atributnya, tetapi ia terus akan mensyiarkan KASIH dan SANG KEBENARAN, bahkan siap mati asal jemaah yang Tuhan percayakan pada mereka bisa diselamatkan.

Halleluyah! Sama seperti pesan Bpk. Riza, saya juga mengajak kita terus mendoakan saudara-saudara sepupu kita. Sekalipun kebencian demi kebencian, gereja terus teraniaya dan dibakar, jangan hati kita ikut membenci mereka.

Kita membenci dosa dan perbuatan mereka, tapi harus mengasihi pribadi mereka, sebab "hati Bapa adalah pertobatan jiwa-jiwa". Mungkin kita tidak bisa keluar menginjil, tapi "doa orang benar besar kuasanya".

Sudah banyak darah para missionaris yang tumpah di bumi Indonesia , juga tidak sedikit darah orang- orang benar yang mati martir. Setiap 'benih' yang mati pasti akan menghasilkan buah yang banyak. Jika kita hanya bisa berkata, "saya cuma bisa ikut berdoa" maka, BERDOALAH !

Sabtu, 18 Oktober 2008


KESAKSIAN ZACHARIAH ANANI
Zachariah Anani seorang pejuang milisi remaja. Lahir dari keluarga muslim di Beirut, Libanon, dia mulai sekolah islam ketika umur tiga tahun. Kakek dan kakek buyutnya adalah ulama terkenal, dan keluarganya mengharapkan dia meneruskan tradisi tersebut. Diumur 13 dia bergabung dengan kelompok militer yang banyak bertumbuhan diawal tahun 70an. “Semua fragmen religius disana masing-masing punya milisi rahasia sendiri,” katanya. “Saya dididik untuk melawan dan membunuh yahudi, dan membenci orang kristen dan orang amerika.” Pihak Keluarga senang dengan keputusannya ini karena menurut ajaran islam, mereka yang mati dalam perang melawan ‘kafir’ pasti mendapat surga. Ironisnya, Anani hanya sekali saja berhadapan dengan pihak israel . Seringnya dia bertempur melawan kelompok muslim lain. Segera setelah mendaftar ke milisi, dia melakukan pembunuhan pertamanya. Ketika dia berumur 16 tahun, dia sudah berpikiran bahwa, “hidup itu tidak ada artinya, Setiap kali kubunuh seseorang dan dua atau tiga orang pejuang temanku menjadi saksi, mereka akan memberi poin dalam catatanku. Saya sudah mendapat 223 poin.” Bahkan teman-teman pejuangnya juga takut padanya. “Meski kita punya rasa setia satu sama lain, tapi kita juga selalu siap untuk melenyapkan musuh ataupun teman.” Ketika seorang muslim fanatik bergabung dengan resimennya dan mulai mengetuki pintu-pintu rumah orang dipagi buta (pukul 3.00) untuk memerintahkan mereka sholat, Anani menghardiknya: “Aku tidak akan sholat, jadi jangan ketuk rumahku.” Ketika dia masih mendengar ketukan itu besok paginya, Anani mengokang senjata, membuka pintu dan menembaknya, lalu kembali tidur. Anani dengan cepat naik pangkat menjadi pemimpin pasukan, lalu tidak lama kemudia dia bisa membentuk resimennya sendiri. Tapi “hidup seakan kosong dan penuh kengerian,” katanya. Anani bertemu seorang misionaris kristen dan mendapat perjalanan spiritual yang panjang lalu memutuskan untuk masuk kristen, yang mana titik ini menjadi titik balik dalam kehidupannya. Zak awalnya mencoba merahasiakan iman barunya ini, kecuali pada seorang professor, tak seorangpun diuniversitas yang mencurigai dia telah menjadi seorang kristen. Tapi pada kampung dimana dia dibesarkan, para tetangga semua sudah tahu dan ia mulai dianiaya. Dia lalu memutuskan pindah kekota, kebagian/sektor kristen, tapi penganiayaan itu terus berlanjut. Bahkan ayahnya sendiri menyewa pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Akhirnya para pemimpin gereja berhasil meyakinkannya untuk meninggalkan Lebanon karena keberadaannya membahayakan orang lain. Ditahun 1996 Anani memasuki Kanada sebagai pengungsi. Ketika Anani berdebat dengan seorang ulama muslim di Amerika, keluarganya di Lebanon diserang sekelompok orang, dua anaknya harus dioperasi karena serangan ini. Butuh tiga tahun yang penuh kesulitan untuk membawa istri dan tiga anaknya pindah ke Kanada. Zak telah sering diserang karena iman kristennya ini, bahkan di Kanada juga. Ketika di Lebanon dia hampir dipancung, dia terselamatkan oleh patroli yang lewat, gang Islamis yang memancungnya melarikan diri, Zak ditinggalkan dengan luka lebar menganga dilehernya. Zak hampir mati kehabisan darah, malah sebenarnya telah dinyatakan mati secara teknis selama tujuh menit, sebelum berhasil dikembalikan. Di Kanada dimana dia sekarang tinggal, rumah dan mobilnya pernah dibakar, keluarganya pernah diserang secara fisik, juga Zaknya sendiri. Berbicara disebuah negara yang bebas pun kadang tidak seaman seperti seharusnya.

Artikel Yang Lain:
- Kesaksian Akbar Dari India
- Kesaksian Baharom
- Kesaksian Christian Andryansah
- Kesaksian Muhammad Talad


.

BAPA ATAU BAPA-BAPAAN
Kategori: Artikel – Allah

(Lukas 15:11-24) Hari Minggu kita memperingati Father’s Day, saya ucapkan selamat kepada para Bapa, supaya melalaui peringatan ini para Bapa lebih mengasihi Tuhan, mengasihi istri dan mengasihi anak-anak. Tahukah saudara dari mana sesungguhnya asal mula Fathers’ Day ini? Fathers’ Day berasal dari Amerika, lahir dari satu ide seorang bernama Henry Jackson yang ingin menyatakan penghargaan atau appraciation terhadap bapa-bapa. Ide itu dimulai dari tempat dimana Henry tinggal dan menjadi suatu kebiasaan didaerah mereka yang kemudian berkembang ke daerah-daerah yang lain. Pada tahun 1972 pemerintah Amerika menjadikan tradisi itu menjadi hari nasional. Sampai hari ini setiap awal bulan September kita merayakan Fathers’ Day.Itulah sedikit latar belakang dari Fathers’ Day. Perumpamaan tentang "Anak yang hilang" ini menggambarkan tentang kasih dan sikap Bapa yang di Sorga terhadap anak-anakNya. Hal ini disebabkan sikap orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang tidak bisa menerima pelayanan Yesus terhadap pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mereka memandang rendah dan risih kepada orang banyak yang tidak mengenal Taurat Allah, mereka juga menghindari untuk bergaual dengan mereka.` Dalam hal ini Yesus ingin membenarkan tindakan-Nya dengan menggambarkan bagaimana sikap Allah terhadap orang-orang berdosa. Coba kita lihat bagaimana sikap Bapa kita yang di Sorga terhadap anak-anakNya: I. Bapa Di Sorga Menghargai Hak Anak-AnakNYATatkala anak bungsu menuntut pembagian harta warisan kepada bapanya, sebenarnya sang bapa cukup banyak alasan untuk tidak membagikannya. sebab pada waktu itu bapanya masih hidup, tentunya segala harta benda itu masih menjadi milik si bapa. Tetapi sang bapa tidak menerapkan prinsip ini terhadap si bungsu, ia tidak mempertahankan kuasanya; namun ia justru menghargai kebebasan dan hak anaknya. Dengan suka rela ia membagikan harta warisan tersebut pada si bungsu. Hal ini dapat kita lihat dalam ayat 12 "Ia membagi-bagikan harta kekayaan itu kepada kedua anaknya." Demikian juga pada waktu anak bungsu ini hendak menjual seluruh harta kekayaannya dan hendak merantau ke negeri yang jauh, bapanya tidak memaksakan anaknya untuk taat kepadanya. Sekali lagi ia memberikan kebebasan yang penuh kepada anaknya. Ini berarti bahwa sang bapa tidak diktator atau otoriter yang memaksa anaknya untuk tunduk pada kehendaknya. Demikian juga dengan Allah Bapa di Sorga , Ia tidak pernah memaksakan kehendak-Nya supaya kita taat. Ia menghargai hak kita, oleh sebab itu Ia memberikan kebebasan kepada kita. Allah kita juga bukan Allah yang selalu menerapkan peraturan-Nya sehingga manusia mau tidak mau harus tunduk. Oleh sebab itu jangan salah paham, semua dosa yang kita pikul bukan merupakan kehendak Allah tetapi kehendak kita yang senantiasa melawan Tuhan. Dosa kita juga muncul dari ketidaktaatan kita pada-Nya. Ada seorang bapa yang mempunyai seorang anak laki-laki, sejak kecil bapanya membiayai dia di sekolah yang terkenal dan setelah tamat SMA anaknya ini ingin menjadi insinyur, tetapi bapanya melarangnya, sang bapa ingin anaknya menjadi dokter. Ia tidak memberikan kebebasan kepada anaknya, tetapi ia memaksakan kehendaknya, ia tidak mau tahu yang penting anaknya harus menjadi dokter. Sang anak dengan terpaksa masuk ke Fakultas Kedokteran, namun karena dengan terpaksa maka anaknya itu tidak begitu serius untuk menekuninya dan akhirnya ia gagal. Ia gagal bukan karena ia bodoh, tetapi karena ia memang tidak menyukai bidang ini. Ini merupakan gambaran tentang bapa yang di dunia, tetapi tidaklah demikian dengan Bapa kita yang di Sorga , IA memberikan hak kepada kita untuk memilih, IA tidak pernah mengikat kita, IA tidak pernah memaksa kita. IA bahkan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, namun sering kali manusia menyalahgunakan haknya. Di dalam hidup kita, Allah menghargai hak kita untuk melakukan segala sesuatu. Janganlah kita memakai hak yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk berbuat dosa. Jikalau Allah sudah begitu baik kepada kita, IA menghargai hak kita untuk melakukan segala sesuatu, marilah kita memakai waktu, kesehatan, dan kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk melakukan hal-hal yang baik juga, sebab apabila sudah tiba waktu penghukuman maka Allah Yang Maha Adil akan menetapkan keputusan-Nya berdasarkan kesalahan manusia di dalam mempergunakan kebebasan mereka. Nah pada waktu itu kesempatan telah tidak ada, menyesalpun tidak ada gunanya. II. Bapa Di Sorga Menanti Anak-AnakNYA Dengan SetiaTindakan anak bungsu membuat sang bapa sangat sedih hati dan kecewa. Anak bungsu menjual seluruh hartanya lalu pergi ke negeri yang jauh dan di sana ia menghabiskan semua harta milik ayahnya dengan hidup berfoya-foya dan bersenang-senang, hidup di dalam dosa dan percabulan akhirnya ia menjadi miskin. Sewaktu miskin, maka semua teman-teman pestanya satu persatu pun meninggalkannya. Keahlian si anak bungsu tidak ada sama sekali, ia hanya bisa memberi makan babi, dan inilah satu-satunya pekerjaan yang dapat dikerjakan selama di kampong halaman. Menjaga babi merupakan pekerjaan sangat menjijikkan bagi orang Yahudi; karena mereka memandang babi sebagai binatang yang paling najis. Tatkala si bungsu memberi makan babi, ia baru sadar bahwa sebenarnya ia telah berbuat salah pada bapanya, ia lapar tetapi tidak ada makanan yang boleh dia makan. Ia kemudian bernostalgia; tatkala ia berada di rumah bapanya, tidak akan begitu susah; makanan tersedia berlimpah. Akhirnya ia tidak dapat lagi menahan kelaparannya maka ia makan makanan babi itu juga. Semantara itu sang bapa setia menanti anaknya pulang. Lihat ayat 20a "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya, ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya." Penulis yakin bahwa bapanya tentu tidak berdiri menunggu pada hari itu saja, ia saban hari berdiri di sana , menanti dan menanti anaknya. Bapa kita di Sorga juga demikian, Ia senantiasa menanti anak-anak-Nya yang tidak setia dengan setia, walaupun anak-anak-Nya itu telah jauh dari-Nya, walaupun anak-anak-Nya tidak setia. Bapa yang di Sorga selalu dengan tangan terbuka menanti kita datang kembali kepada-Nya dengan setia. Di dalam hidup kita, apabila kita merasakan sudah lama meninggalkan Tuhan, kita sudah lama hidup berkecimpung dalam dosa dan kenajisan, kita merasa begitu terikat dan sengsara, ingatlah bahwa Allah Bapa sedang menanti kita dengan setia agar kita pulang kembali kepada-Nya. Kalau kita merasa sudah lama meninggalkan Tuhan dan ingin kembali kepadaNya, mulailah saat ini juga, jangan tunda lagi.Tuhan senantiasa menanti kedatangan kita dengan setia. III. Bapa Di Sorga Memberikan Pengampunan Kepada Anak-AnakNYAKetika anak yang bungsu ini menyesal, bertobat dan pulang ke rumah bapanya; maka bapanya mendapatkan dia, lalu memeluk dan mencium anaknya sebagai tanda pengampunan sebelum anaknya itu sendiri mengatakan sesuatu. Tatkala si bungsu berkata "Bapa, aku telah berdosa terhadap Sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa." Bapanya segera memanggil para pelayannya dan berkata : "Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersuka-cita." Semua ini menunjukkan bahwa sang bapa menyambut dengan hangat kedatangan anaknya dan memperlakukannya dengan sikap yang menghargai. Lalu dikenakan jubah kepadanya yang melambangkan kebenaran, perangai yang suci. Tangannya diberi cincin yang melambangkan hak atau kuasa menjadi anak Allah. Kakinya dipakaikan sepatu yang baru melambangkan seseorang yang kembali kepada Tuhan dan Yesus Krisrus telah memberilkan kepada kita darah-Nya yang mulia untuk pengampunan dosa kita. Saudara, Bapa yang di Sorga memberikan pengampunan kepada anak-anakNya yang mau bertobat dan datang kepada-Nya karena Tuhan Yesus Kristus telah menebus dosa kita dengan darah-Nya yang mulia.
Sering kali di Surat Kabar kita membaca berita yang berbunyinya demikian: "Mulai hari ini, tanggal, bulan dan tahun, anak kami yang bernama, alamat, pekerjaan, tidak lagi kami akui sebagai anak. Oleh sebab itu segala tindak-tanduknya sudah berada di luar tanggung jawab kami. Tanda tangan, orang tua, nama jelas." Ini adalah suatu gambaran tentang orang tua yang tidak bisa mengampuni anaknya, tetapi Bapa yang di Sorga tidak demikian. Bapa kita yang di Sorga senantiasa memberikan pengampunan kepada anak-anak-Nya walaupun dosa mereka merah seperti Kirmizi, apabila kita bertobat dan meminta pengampunan dari-Nya, Tuhan akan memutihkannya seperti salju. Luar biasa. Demikianlah dalam hidup kita ini, apabila kita menyesal atas segala perbuatan dosa kita yang sudah terlanjur dilakukan; kemudian kita bertobat maka Tuhan pasti menerima kita kembali dan memberikan pengampunan kepada kita melalui darah-Nya yang Kudus. Di dalam 1 Yohanes 1:9 di situ dikatakan "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Marilah kita mengaku dosa-dosa kita karena Bapa yang di sorga memberikan pengampunan kepada kita anak-anak-Nya. Sekarang juga telah tersedia Anugerah bagi siapa saja yang mau mengakui dan menyatakan kesalahannya dan minta pengampunan pada Tuhan. Kita telah melihat bagaimana sikap Bapa kita yang di Sorga terhadap anak-anak-Nya, Ia menghargai hak mereka, Ia menantikan mereka dengan setia dan Ia memberikan pengampunan bagi mereka. Sekarang biarlah kita datang pada Tuhan, kembali pada-Nya, minta supaya hidup kita diperbaharui.

Amin.

Artikel Lain:
- Allah
- Allah Bapa
- Allah Allah Roh Kudus
- Yesus Kristus Adalah Allah

Sabtu, 04 Oktober 2008

KESAKSIAN LYDIA KANDAU

KESAKSIAN LYDIA KANDAU
http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua

Kategori: Kesaksian - Pertobatan

Lydia Kandau: Saya ingin menceritakan kepada semua orang, bahwa Tuhan itu
sungguh baik adanya
Sumber: http://aicincheon.tripod.com/id24.html

Kehidupan artis atau selebritis tak pernah lepas dari gosip. Demikian
ungkapan yang sudah mengakar di khalayak umum. Hal ini bisa dimaklumi,
karena bagaimana pun artis adalah public figure. Demikian halnya yang
dialami oleh artis cantik Lydia Kandau. Kesibukannya dalam pelayanan telah
membuatnya seperti tenggelam dari keartisannya.

Walau demikian, label artis yang telah disandangnya masih melekat. Saat ini
ia kerap diminta bersaksi di berbagai denominasi gereja. Bahkan baru-baru
ini ia mengikuti suatu perjalanan ziarah ke Yerusalem. Istilah cinta buta
mungkin dialami oleh wanita berdarah Manado ini. Kisah cintanya dengan pria
yang tidak seiman berakhir di pelaminan, sekalipun sempat ditentang oleh
pihak keluarga.

Tapi ia nekad, atas dasar cinta ia menikah dengan Jamal Mirdad, seorang
penyanyi. Hari-hari yang dilaluinya setelah pernikahan terasa begitu indah.
Sebagai umat Kristus, seharusnya ia pergi ke gereja di hari Minggu. Tapi
Lydia tidak. Bersama suami tercinta, ia kerap mengisi hari-hari Ahadnya
dengan jalan-jalan, nonton, atau shopping dan sebagainya.

"Makin lama rasanya kok makin jauh dari Tuhan," ungkapnya.

Namun, pikiran seperti itu tidak cukup membuatnya berbalik pada Tuhan. Ia
seolah menikmati semua itu. Anaknya Sakit Aneh Sampai saat anak keduanya
mengalami sakit 'aneh'. "Syaraf kiri anak saya abnormal," tuturnya. Ia
langsung membawanya ke rumah sakit dengan keyakinan setelah ditangani dokter
pasti anaknya sembuh. yang terjadi justru sebaliknya. Makin lama kondisi
anaknya semakin parah. "Seperti obat-obat yang diberi dokter tidak mempan
terhadap penyakitnya. Anak saya seperti mau mati. Matanya tidak mau
terbuka," kisahnya. Akhirnya diputuskan untuk membawa anaknya pulang ke
rumah.

"Saya menangis dan menangis sambil membaringkan anak saya di tempat tidur.
Saya merenung dan larut dalam kebisuan. Seketika saya teringat akan
dosa-dosa saya dulu. Saya tidak setia kepada Tuhan. Padahal Tuhan sudah
begitu baik ada saya," akunya. Seketika itu juga, ia berdoa sambil
bercucuran air mata. Minta ampun atas segala dosa dan ketidaksetiaannya. Ia
betul-betul merasa telah mendukakan hati Tuhan.

"Luar biasa ternyata," ungkapnya. Sesaat ia katakan amin, hati dan batinnya
terasa lega sekali. "Plong rasanya. Saya yakin darah Yesus telah menghapus
dosa-dosa saya," tuturnya sumringah.

Lalu ia melihat anaknya yang masih terbaring dalam keadaan yang
memprihatinkan. Air matanya jatuh lagi. Ia duduk di sisi tempat tidur sambil
mengelus-elus kepala anaknya. Batinnya berkata, "Tuhan, aku tahu Engkau
telah menghapuskan dosaku. Saat ini juga ya Bapa, jikalau Engkau mengasihi
aku, tolong sembuhkan anakku. Aku percaya sepenuh jiwa, Engkau sanggup
melakukan semua itu. Sebab segala perkara dapat kutanggung di dalam Engkau."

Usai berdoa, ia memuji-muji Tuhan dengan kidung pujian yang tiada
putus-putusnya. "Saya berjanji bahwa saya tidak akan pernah berhenti memuji
Tuhan sampai Tuhan sembuhkan anak saya," paparnya. Ternyata ajaib, satu jam
berselang, mata anaknya perlahan mulai terbuka. "Perlahan, tapi pasti mata
anak saya terbuka. Lalu ia bangun dari tempat tidur. Ajaibnya, di wajahnya
tidak ada gambaran kesakitan. Padahal ia baru saja mengalami suatu penyakit
yang luar biasa berat untuk anak seusianya. yang terlukis di wajahnya adalah
sukacita. Sungguh ini suatu mujizat. Saya langsung memeluk anak saya sambil
berkata: "Terima kasih Tuhan," urainya. Sejenak diajaknya anaknya berdoa
bersama. Mengucap syukur atas kesembuhan yang hanya datang dari Allah.
"Tuhan sudah mendengar doa saya," ujarnya saat itu. Setia Melayani

Sejak kejadian itu, ia berjanji akan setia melayani Tuhan.

"Saya ingin menceritakan kepada semua orang, bahwa Tuhan itu sungguh baik
adanya," tukasnya. Ternyata badai itu belum berlalu. Sang suami belum
merestui kemauannya untuk kembali ke gereja. Apalagi harus membawa
anak-anaknya.

"Terpaksa dulu saya berbohong. Membawa anak-anak dengan alasan nonton,
renang, jalan-jalan, dan macam-macam. Padahal sebelum atau sesudah kegiatan
itu kami ke gereja. Habis kalau tidak begitu, mana bisa saya ke gereja,"
kilahnya.

Kami, lanjutnya, harus main petak umpet. Alkitab dulu biasanya disimpan.
Bacanya juga menunggu Jamal pergi.

"Terus terang saya tersiksa dengan keadaan seperti itu," akunya. Tapi ia
sudah punya komitmen, bahwa ia tidak akan menjual Tuhan Yesus karena apa pun
juga. Lama-kelamaan Jamal mulai berubah. Ia semakin menghargai saya. Ia
pernah mengatakan tidak melarang saya atau anak-anak ke gereja.

"Sukacita sekali saat saya mendengar itu," cetusnya.

Lydia memang punya komitmen bahwa anak-anak harus ikut ibunya. Walaupun dua
anaknya bersekolah di Al-Azhar, tapi setiap Minggu, mereka pasti ke gereja.

"Ketika saya mulai pelayanan pun, Jamal tidak melarang. Ia cuma katakan
sebaiknya pelayanan di dalam kota saja. Tidak usah sampai ke luar kota,"
jelasnya.


Isu Dis-Harmoni

Isu yang sempat menerpa pemeran "Merry" dalam sinetron "Gara-Gara" bersama
Jimmy dan Sion Gideon ini adalah disharmoni keluarga. Bahkan dikabarkan
kehidupan rumah tangganya retak. Ketika dikonfirmasikan dengan tegas Lydia
mengatakan tidak benar demikian. "Jamal itu punya kasih. Bahkan mungkin
lebih baik dari orang Kristen sendiri. Ia takut akan Tuhan. Pada dasarnya,
ia ingin dihargai, oleh sebab itu ia pun tahu harus menghargai orang lain
yang berbeda dengan dia," ungkapnya.

Lalu apakah Jamal mendukung pelayanan Lydia yang nampaknya kian hari
intensitasnya kian padat?

"Mendukung tidak, melarang juga tidak," ujarnya. Saat ditanya apakah pernah
ribut-ribut soal agama di rumah, ia menjawab, "Tidak. Tidak pernah. Kami
tidak mau mempersoalkan agama. Itu hak masing-masing. Lydia juga menambahkan
kalau akhir-akhir ini Jamal sering tanya-tanya tentang firman Tuhan. Bahkan
Jamal beberapa kali meminta Lydia membacakan Alkitab sebelum tidur. "Kalau
saya marah, Jamal selalu mengingatkan, katanya "kasih," jelasnya. Apakah
suatu hari Jamal akan masuk Kristen? "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan,"
tutur Lydia menutup perbincangan.

http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua



..


---
[EMAIL PROTECTED]
Koleksi-Berita-Artikel @ yahoogroups.com
Koleksi berita dan artikel berbagai hal seperti: karir, komputer dan internet,
humor, pemasaran, film/ bioskop, hubungan antar manusia, agama Kristen /
Katolik, perkembangan kepribadian dan motivasi, virus dan antivirus, webmaster
(web design, web hosting web development, search engine).
---
Web: Koleksi berbagai Artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi & Renungan
Rohani
http://www.gsn-soeki.com/wouw/
---
Web Lirik Teks Lagu Rohani
http://www.gsn-soeki.com/lagu/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/koleksi-artikel-berita/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Rabu, 01 Oktober 2008

Kisah Dari Negeri Bangladesh .

Kisah Dari Negeri Bangladesh .

Sekelompok kecil orang percaya berjalan menuju bagian dalam hutan-hutan Bangladesh mencari tempat berteduh, beristirahat. Beberapa dari mereka berdarah-darah, lebam dan kelaparan. Banyak dari mereka diserang dan diusir keluarga dari desa-desa mereka. Mereka telah kehilangan segalanya, walaupun demikian mereka menemukan lebih banyak sukacita dan hidup kekal dalam kristus.

Ketika orang-orang percaya yang berani ini melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan diri, suatu jaringan orang-orang Kristen Bangladesh secara diam-diam mencari mereka dan membawa mereka ke tempat pengungsian yang aman dimana mereka ke tempat pengungsian yang aman dimana mereka mendapatkan pengobatan, istirahat, kelas Alkitab dan mungkin pelatihan-pelatihan. Setelah beberapa bulan, orang-orang percaya ini akan kembali ke daerah-daerah yang menentang Kekristenan, disegarkan dan siap untuk menjangkau yang terhilang bagi Yesus.

KDP pergi mengunjungi orang-orang Kristen seperti mereka dalam persembunyiannya, untuk menguatkan dan mencari cara baru untuk menolong mereka. Kami mendengar saat mereka menceritakan kisah mereka dan kami dikuatkan saat salah seorang dari mereka mengatakan kepada kami, “Allah membuat kami berani.” Sekarang kami membagikan kisah mereka dengan Anda.

Di Dalam Dekapan Yesus

Kami duduk bersama “Aban” dan “Momina” di kursi plastik putih, sebuah kipas menghembuskan angin di dalam ruangan yang panas mencekik. Anak-anak mereka menunggu dekat mereka, memerhatikan kami dengan mata mereka yang lebar kecoklatan. Aban berbicara dengan suara yang pelan, menceritakan bagaimana ia menemukan Yesus.

Aban mengalami kekosongan yang lama di dalam iman “Agama lainnya”, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan itu sampai suatu hari ketika seorang pemberita kabar sukacita memberikan kepadanya sebuah buku yang berjudul “Domba Yang Hilang.” Buku itu bercerita mengenai bagaimana Allah sang Bapa mencari dombaNya yang hilang, orang-orang “Agama lain”. Gambaran Allah sang Gembala berjalan melalui tempat-tempat yang sepi dan mencari seekor domba yang hilang, terngiang dalam pikiran Aban. Ia dengan sepenuh hati mempersembahkan hidupnya kepada Kristus.

Keluarga besar Aban menghina imannya dan mencapnya “kambing hitam,” yang telah mengotori keputihan atau kesucian dedikasi keluarga pada “Agama lain”. Ketika ditanya mengapa seorang “Agama lain” sebaiknya menjadi Kristen, Aban menjawab, “Sebagai orang Kristen kamu mungkin mengalami kesulitan-kesulitan, tetapi itu sebanding dengan keselamatan jiwamu.” Selama ia berkhotbah, banyak orang-orang menerima Kristus. Walaupun demikian tidak semua mau mendengarkan Injil – Aban telah diusir keluar dari desa-desa sebanyak 22 kali di waktu yang berbeda.

Walaupun istri Aban yang “Agama lain” untuk sementara menerima iman barunya, tetapi akhirnya istrinya menyerah karena tekanan dari teman-teman dan keluarga untuk kembali kepada “Agama lain” dan menceraikan Aban. Aban tetap setia kepada panggilannya, mengunjungi dari satu desa ke desa yang lain. Ia selalu bertanya kepada setiap orang yang ia temui, “Pernahkah kamu mendengar mengenai Yesus … Seorang yang berkuasa? Kita dapat menemukanNya di dalam kitab suci kita. Jika kamu bersedia, aku akan meneruskan dan menceritakan lebih lagi tentang Dia.” Ia menceritakan pengalaman pribadinya bersama Kristus dan membagikan buku-buku, traktat-traktat dan Alkitab.

Seorang yang menerima buku dari Aban adalah Momina. Sekarang, Momina adalah istri Aban, ia menceritakan kepada kami bagaimana sebagai seorang gadis muda, ia telah memperoleh semua hal yang ia butuhkan: seorang suami, keluarga yang indah dan pekerjaan yang menjanjikan. Aban bertemu dengannya tepat setelah kehidupan bahagianya berantakan.

Aban melihat Momina, sedang menangis di rumah. Sambil meneteskan air mata, Momina berkata kepadanya, “Ayahku sedang sakit dan suamiku menceraikan aku. Bagaimana aku dapat bertahan?” Aban menawarkan kepadanya sebuah Alkitab.

Momina dengan segera menerima Alkitab tersebut, dan akhirnya ia memutuskan untuk mengikut Kristus. Beberapa anggota keluarga dan teman marah. Mereka mulai menanyakan mengapa keluarganya masih terus memberi “orang murtad ini” tempat untuk tinggal.

Suatu hari ketika Momina bermain-main dengan anak perempuannya yang berumur 8 tahun di teras rumah, saudara laki-lakinya menghampirinya dalam keadaan naik pitam, menyerangnya berkali-kali dengan tongkat bambu yang tebal, mematahkan tulang rusuknya. Anak perempuannya terlempar dari pelukannya saat ia jatuh pingsan. Momina tersentak bangun oleh dinginnya siraman air di wajahnya dan lebih banyak pukulan. Sepupunya memukulinya dengan sebuah tongkat. “Kami mendidikmu,” katanya. “Kamu punya otak dan pikiran. Lalu mengapa kamu pergi dan menjadi orang Kristen? Kamu perempuan jalang.”

Selama satu bulan kemudian saat Momina terbaring memulihkan kondisinya, polisi desa mengunjungi kedua orang tuanya. “Kamu harus melakukan sesuatu mengenai anak perempuan Kristenmu,” kata mereka. “Jika kamu tidak bertindak, kami akan memenjarakanmu dan menyiksamu.” Para tetangga menyarankan kedua orang tuanya untuk meracuni Momina hingga mati.

Menghadapi tekanan dari semua pihak, kedua orang tuanya mengusirnya keluar dari rumah, bersama dengan anak perempuannya dan anak perempuan adobsinya yang berumur 3 tahun. Ketika ia pergi, saudara-saudara laki-lakinya memperingatkan dia, “Kami tidak mengijinkan kamu kembali lagi ke sini. Jika kamu masih tertahan, kami akan menyerangmu, dan meracunimu dan kamu akan mati.”

Dengan tidak ada seorangpun yang dapat menjadi tempat curahan hatinya, ia meminta Aban jika Aban mau menikahinya dan menjaganya dan kedua anak perempuannya. Aban setuju dan mereka menjadi sebuah keluarga. Allah mulai menganyam dua individu yang terbuang ini menjadi satu permadani yang indah dipandang.

Karena banyak orang tahu bahwa Aban adalah seorang penginjil, mereka terus berpindah dari satu desa ke desa lainnya karena kemarahan orang-orang. Di suatu tempat dimana mereka tinggal, sang tuan tanah mengacungkan golok dan berkata kepada Momina, “Jika kamu tidak pergi, aku akan mencincang tubuhmu dan membuangnya ke selokan.” Kemudian, ketika Momina mengunjungi kedua orang tuanya, orang-orang desa yang marah membakar rumah mereka.

Sekarang Aban, sang gembala sedang mencari domba yang hilang, bepergian ke berbagai desa membagikan Firman Tuhan. Ketika kedua anak perempuan Momina merindukan ayah mereka, Momina menghibur mereka, dengan berkata, “Kita mengasihi Yesus, oleh karena itu ayah kalian pergi memberitakan kepada orang lain untuk mengasihi Yesus.“ Kadang-kadang, Momina berpegian bersama Aban, membawa anak-anak perempuannya. Ketika Aban bersaksi dengan yang pria, Momina bersaksi kepada yang wanita.

Ketika kami sedang berbicara dengan Aban dan Momina, Momina duduk tidak tenang di kursinya. Ia masih merasakan sakit pada tulang rusuknya yang retak, yang mana tidak ana pernah pulih setelah penyerangan yang dia alami empat tahun yang lalu. Kami berdoa bersama dengannya, dan ia dalam perawatan seorang dokter Kristen. Kami juga sedang membantu Aban dan Momina membeli sepetak tanah yang mana diatasnya akan didirikan sebuah rumah sederhana. Kedua roang ini, yang sangat menderita karena mengikut Kristus, mempunyai kasih yang tulus bagi mereka yang menyakiti mereka dan hasrat yang membara untuk mempersaksikan injil pada orang-orang di negara mereka. Ketika Momina berkata kepada kami, “Allah membuat kami berani. Yesus telah banyak menderita, maka aku juga perlu menderita di dalam hidup ini.”

Source:

The Voice Of The Martyrs

Kasih Dalam Perbuatan Edisi Maret – April 2008

Founder: Richard Wurmbrand

Artikel Lain:

Wiji Suprayogi: Aku Lupa Aku Luka[270908] - Saya mendapat kesempatan melihat sebuah sekolah yang amat canggih bagi ...__________________________ Derek Prince: Bersemayam di Atas Air Bah[270908] - Di sini Daud mengetengahkan Tuhan sebagai seorang Raja Mahakuasa yang ...__________________________ Kolom Kita Stella Claudia: Kebahagiaan[270908] - Minggu lalu saya mengikuti sebuah komsel di rumah seorang teman baru ...__________________________ Kesaksian: Esther - Jakarta, Wiraswasta[270908] - Saya baru saja kehilangan suami. Kami telah menikah selama 18 tahun ...__________________________ Berita: Dua Lembaga Gerejawi Himbau DPR Tidak Mensahkan RUU AP[270908] - Dua lembaga gerejawi, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan ...__________________________ Kukuh Widyat: Menyerah [4][170908] - Berdoa merupakan bentuk menyerahkan diri kepada Allah yang sudah dipahami ...__________________________ Sunanto: Mengejar Karakter[170908] - Dalam bukunya ‘Halftime’, Bob Bufford menyatakan bahwa bahwa sebagian besar ...__________________________ Kolom Kita Manasje Korniawan: Harga Mengikut Yesus[170908] - Kalau kita membaca keempat Injil, sering kita membaca tentang perkataan ...__________________________ Kesaksian: Lidia - Taiwan, Ibu Rumah Tangga[170908] - Pada tahun 1994 saya memang ada penyakit darah tinggi, kira- kira 13 th silam ...__________________________ Krismariana: Seandainya Pak Presiden Naik Bus Kota ...[110908] - Sejak tinggal di Jakarta, aku mesti menyesuaikan diri untuk bepergian dengan naik ...__________________________ Manati I. Zega: 10 Kebiasaan Yang Membuat Tubuh Anda Sehat[110908] - Tubuh ini anugerah Allah. Kita bertanggungjawab atasnya. Kita harus menggunakannya ...__________________________ Sunanto: Tinggi Hati Mendahului Kehancuran[110908] - Uzia menjadi raja Yehuda ketika ia masih sangat muda yaitu berumur enam ...__________________________ Kolom Kita Kikis Istianta: Sedikit Lagi[110908] - Sore itu, saya sudah bersiap-siap untuk segera membereskan pekerjaan saya ...__________________________ Derek Prince: Bergembira Karena Tuhan[290808] - Perhatikan kalimat yang pertama: “Bergembiralah karena TUHAN”. Saya pernah ...__________________________ Krismariana: Iklan yang Menggoda[290808] - "Bekas jerawat ini mau diilangin nggak?" tanya temanku yang kumintai tolong ...__________________________ Manati I. Zega: MAKANAN LEZAT: Nikmat Sesaat Mendulang Maut[290808] - Menikmati makanan lezat merupakan keinginan setiap orang. Hampir semua ...__________________________ Kukuh Widyat: Menyerah [3][290808] - Dalam menjalani setiap langkah hidup, kesadaran bahwa kekuatan manusia ...__________________________ Kolom Kita Sonny Eli Zaluchu: Kehidupan Yang Melelahkan[290808] - Tanpa disadari, tiba-tiba pekerjaan, keluarga, bahkan pelayanan, membawa ...__________________________ Kesaksian: Kezia - Dresden, Student[290808] - Saya masih ingat waktu lulus SMA, saya sangat ketakutan kalau saya tidak ...__________________________ Sunanto: Tidak Ada Yang Kebetulan[260808] - Selama dua bulan terakhir ini saya kembali mengalami pergumulan berat karena ...__________________________