Rabu, 07 Januari 2009

Kesaksian Siti Zainab

Assalamualaikum.

Nama saya Siti Zainab. Saya seorang wanita Melayu Muslim dari rantau Asia Tenggara. Saya telah berlahir ke dalam keluarga Muslim yang cukup tradisional dan kuat pegangan agama Islamnya. Sejak awal-awal lagi saya telah diberi pendidikan keagamaan Islam yang mendalam lagi mantap.

Pada peringkat sekolah rendah, saya juga dididik di sekolah madrasah dan bermuqaddam, mengaji dan telah belajar tentang rukun-rukun Islam serta al-Quran daripada ustazah-ustazah dan guru-guru agama Islam yang lain. Di sana saya diajar untuk berpatuh kepada Allah s.w.t. serta tunduk kepada Dia dan meneladani Nabi Muhammad dan sunnahnya seperti mana yang terkandung di dalam Hadis. Saya telah mengaji dengan sempurnanya dan kedua ibu-bapa saya amat puas hati dengan pembentukan keislaman saya. Pendek kata, saya telah mengalami pertumbuhan yang cukup mantap sebagai seorang muslimah Islam.


Saya tidak pernah tinggalkan ibadat solat lima kali sehari saya, dan saya juga berpuasa secukup cukupnya setiap bulan Ramadhan. Saya juga menegakkan rukun-rukun Islam itu tanpa diminta atau disuruh oleh sesiapa pun, terutamanya orang-orang tua saya. Pendek kata, pengalaman saya sebagai seorang Muslimah yang saleh tidak pernah dipertikaikan oleh sesiapa pun.

Walaupun saya telah mengerjakan rukun-rukun Islam saya dengan rajin, tekun dan taat-setia. Sesudah bertahun-tahun menunaikan kewajipan Islam saya itu saya tidak pernah mempersoalkan kepentingan atau keistimewaan ibadat Islam saya itu. Tetapi, lama kelamaan, kerja-kerja tersebut semakin menjadi hanya ritual dan upacara yang semakin kehilangan makna dan kekhusyukan mereka bagi saya. Apakah semua ini merupakan routine-ritus tanda-tanda perhubungan seorang hamba dengan Tuannya sahaja? Dikerjakan sebenarnya hanya untuk kutip pahala semata-mata!

Saya telah menanyakan begitu di dalam hati saya sendiri tetapi tidak kemukakannya secara terbuka kerana tidak mahu menyinggung perasaan sahabat-sahabat Islam saya dan saya teringat juga saya telah di tegah dengan keras oleh guru-guru agama saya semasa saya menanyakan soalan-soalan serta kemusykilan seperti itu kepada mereka.

Tetapi, Soalan-soalan itu masih tetap berada di dalam jiwa dan fikiran saya, lebih-lebih lagi ketika saya meningkat umur, terutamanya pabila saya menuntut di Sekolah Tinggi! Semasa saya semakin naik matang dalam kedewasaan, saya dapati bahawa ibadat-ibadat Islam itu menjadi semakin cetek, dangkal dan kosong sahaja dalam ertikata hassanah dan anugerah Tuhan yang sebenarnya. Saya mencuba memfokus perhatian saya kepada yang indah dan murni disebalik setiap kerja ibadah itu tetapi tidak dapat menghilangkan kesedaran kedangkalan dan kekosongan di dalam upacara ibadat Islam itu! Apakah inilah cara yang terbaik bagi Manusia menjalinkan perhubungannya dengan Tuhan ?

Sesudah menghabiskan Sekolah Tinggi saya berjaya memasuki Institusi Pengajian Tinggi (IPT) dalam jurusan pilihan saya. Di situ saya telah memperbanyakkan bahan pembacaan saya kerana masih mencari jawaban kepada kekosongan yang disebutkan di atas. Saya telah tertarik kepada sebuah buku yang berjudul "Appointment in Jerusalem" atau diterjemahkan "Temujanji di Yerusalem". Buku ini hasil karya seorang wanita bangsa Danish. Buku ini menceritakan tentang pencarian wanita ini untuk makna dan kepuasan rohani dalam keagamaannya. Saya tertarik dengan kandungannya kerana ia sangat mirip dengan pergumulan rohani saya sendiri!

Saya terkejut sedikit apabila mendapati bahawa wanita Danish ini memperolehi keinsafan dan kesedaran rohaninya melalui perhubungan secara langsung dengan Tuhan. Yaitu manusia boleh berhubungan dengan Tuhan bukan hanya melewati upacara-upacara ibadah mereka, tetapi manusia sudah boleh mengalami satu perhubungan peribadi dan secara langsung dengan Pencipta mereka sebagai anak-anak dengan Tuhan sebagai Bapa mereka! Perhubungan ini adalah peribadi serta dinamik, yaitu manusia sekarang boleh mengenali Tuhan secara peribadi dalam pengertian Ayahanda dan anakanda.

Mungkinkah pertalian rohaniah inilah yang saya mencari-cari selama ini? Di dalam Kelas IPT saya terdapat beberapa orang Kristian yang peramah lagi budiman. Tetapi saya tidak terlalu bergaul mesra dengan mereka dan hanya memperhatikan mereka dari jarak jauh. Saya ingin perhatikan jika iman mereka mirip dengan pengalaman saya sendiri dalam keislaman saya atau pun pengalaman rohani mereka juga dangkal seperti diceritakan di atas! Walau pun orang-orang Kristian ini boleh kira kuat iman mereka, tetapi mereka tidak 'menginjilkan' saya dengan agama Kristian. Sesudah masa berbulan-bulan berlalu, barulah saya bermula menanyakan mereka tentang pengalaman keagamaan dan rohani mereka. Mereka pun amat heran bahwa saya, seorang Islam, ingin berbincang pasal keagamaan dengan mereka, umat Kristian! Tapi saya sangat hormati mereka kerana tidak mencuba 'menjual' agama mereka kepada saya. Sebaliknya kami telah bersama-sama dapat membincang pengalaman rohani dan keagamaan kami sebagai orang dewasa yang matang.

Dari berinteraksi dengan pelajar-pelajar sekelas saya inilah, saya telah perolehi fahaman lebih dalam tentang ajaran Kristian dan apa yang diceritakan di dalam buku "Appointment in Jerusalem" itu. Akan tetapi, selama dua tahun dalam kelas IPT itu saya tidak berbuat apa-apa. Saya masih mahu mencari dalam agama Islam saya tentang perhubungan sejati di antara Tuhan dan manusia, dan membandingkannya dengan ajaran-ajaran Injil. Dan selama dua tahun itu kawan-kawan Kristian sekelas saya sabar dengan pertanyaan serta soalan-soalan saya, kekadang ada soalan yang dangkal dan yang sulit juga! Tetapi saya juga amat tertarik dengan kesopanan, keramahan serta keikhlasan mereka ini.

Sesudah dua tahun telah berlalu, bersama-sama dengan pencarian saya itu, saya pun membuat keputusan untuk memeluk ajaran Injil sebenar yang diwartakan oleh Al-Masih Isa itu. Sejak itu, ibadat sembahyang, puasa serta amal-amal salih saya yang lain telah diperkayakan dan dianugerahi hassanah dan kurnia ilahi berlipat ganda yang tak terbanding nikmatnya! Barulah saya sadar bahawa manusia tidak hanya seperti 'robot' dan memiliki perhubungan dengan Tuhan hanya sebagai khadam-Nya atau sekadar hamba-Nya sahaja!

Sebaliknya, di dalam ajaran Kitab Suci Injil - semua insan yang menerima Jalan dan Hakikat Allah yang sebenar akan memiliki perhubungan yang baru dan dinamik dengan-Nya, yakni bergelar sebagai anak-anak Allah; seperti dicatitkan dalam Nas Alkitab :

'Tetapi kepada orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu kepada mereka yang percaya kepada nama-Nya.
Kelahiran mereka bukan dari darah, bukan dari keinginan daging, dan bukan dari keinginan seorang lelaki, melainkan dari Allah.'

Yohanes (Yahya) 1 : 12-13


Setelah mendapati berkat dari Tuhan sebagai anak-Nya, kehidupan saya mulai berubah dan keluarga saya mulai memperhatikan saya. Akhirnya, mereka pun dapat tahu bahawa saya telah peluk ajaran Isa al-Masih seperti terkandung di dalam Al-Kitab/Bible itu. Pada saat itu, mereka tidak dapat menerima saya sebagai seorang pengikut Isa al-Masih. Dan saya terpaksa mengharungi banyak rintangan-rintangan yang cukup rumit dan sulit dalam keluarga saya itu.

Walau pun begitu, Tuhan Allah telah membekalkan saya dengan semangat kesabaran yang jitu, terutamanya untuk menghadapi pahit-manis reaksi awalan keluarga saya apabila saya mula-mula telah menerima Isa sebagai Penebus, Firman dan Kalimat Allah yang hidup itu (Yohanes 1:1-5, Surah 3/45, surah 4/171) ke dalam kehidupan saya sendiri. Saya kira mereka sangat kurang faham sahaja apa yang sebenarnya tindakan saya itu. Sekarang, puji Tuhan, keadaannya sudah berubah bertambah baik dan pulih kembali. Yang penting sekali, sekarang saya sudah sedar akan perhubungan saya dengan Tuhan Allah yang penuh dengan keberkeyakinan, tidak sama seperti dahulu di mana tidak ada keyakinan langsung dengan ibadah dan amal-amal saleh saya sebagai seorang Muslimah walaupun yang cukup beriman. Saya tidak pernah pasti jika sebagai hamba Allah, segala ibadah soleh saya telah menerima kepuasan Allah sebagai Tuanhamba saya.

Tetapi sekarang sebagai anak-Nya, saya sudah mempunyai keyakinan dan kepastian yang kekal abadi diatas kurban yang sudah di sempurnakan oleh pemberian kiffarat Si-Penebus Yesus (Isa) itu. Demi itulah, sekarang Rohul-Kudus Allah sendiri yang menghasilkan dan melimpahkan segala sesuatu anugerah dan berkat rohani-Nya melalui kehidupan saya sebagai anak-Nya DAN hamba-Nya yang setia. Saya mengundang dan menjemput saudara untuk mengalami pelepasan dan nikmat-nikmat rohani dari sisi Allah yang tidak terbanding ini bagi diri anda sendiri. Saya sendiri tidak miliki sebarang penyesalan di atas keputusan saya untuk mengikuti Isa al-Masih pada hari ini dan hari esok !



--------------------------------------------------------------------------------


Indeks Utama

TUHAN TELAH MEMBUKA MATAKU

Oleh : Kartini A. I.

Kesaksian ini ditulis dengan harapan apa yang saya alami, kiranya bisa menjadi berkat baik bagi mereka yang telah percaya maupun yang belum percaya.

Sebelum saya percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya adalah seorang Muslimah, berlatar belakang dari keluarga Muslim dan dibesarkan di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Sukabumi Jawa Barat. Dari apa yang saya yakini dan pelajari selama itu, saya tumbuh menjadi seorang Muslimah yang fanatik dan anti-Kristen, dan menjebak bahkan mendebat orang Kristen paling hobi.

Berteriak-teriak di depan gereja dengan bilang: "Maria, dipanggil Yesus cuek saja" pun pernah saya lakukan. Karena saya merasa bahwa apa yang saya yakini waktu itu, adalah paling benar dan diridhoi Allah SWT, sesuai dengan Qs. Ali Imran 19 yang berbunyi: Innaddinna indallaahil Islam (Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam)

Di luar Islam semuanya saya anggap sesat, apa lagi orang Kristen, kafir, karena Allahnya ada tiga : Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus. Tapi alhamdullilah saya tidak pernah sampai membunuh orang Kristen.

Dan mengapa saya bisa percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juruselamat ? Walaupun saya bangga dengan apa yang saya yakini dulu, tapi kalau bicara tentang hari penghakiman, itu paling takut dan paling ngeri karena saya tidak tahu pasti, kalau saya mati mendapat rahmnat Allah (masuk surga) atau laknat Allah (masuk neraka), karena saya manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dosa.

Dari Sukabumi saya hijrah ke Bandung untuk belajar ketrampilan. Di kota kembang ini saya tinggal di pondokan atau kost. Teman-teman saya kebanyakan orang Kristen dan kebiasaan saya yang dulu tidak pernah berubah, menjebak dan mendebat orang Kristen masih sering saya lakukan dan saya tetap benci pada orang Kristen.

Entah kenapa suatu hari saya ingin membaca Alkitab punya teman dan di kitab Kejadian ada tertulis "Allah menciptakan manusia dari tanah..." saya heran, kok sama dengan Al Qur'an, padahal Injil itu kan sudah dipalsukan dsbnya, dan orang Kristen sekarang itu 'kafir'.

Berawal dari penasaran itu saya mencari teman untuk pergi ke gereja. Saya ingin tahu dan ingin menyelidiki bagaimana orang Kristen beribadah. Benar saya masuk gereja dan pertama itu saya tidak bisa menahan rasa haru dan sedih, saya menangis hingga kebaktian selesai, batin saya berontak antara dosa murtad dan percaya, murtad karena masuk gereja dan percaya kepada Tuhan.

Minggu-minggu berikutnya, saya selalu ingin dan rindu untuk datang ke gereja lagi, dan selama empat bulan saya suka ke gereja, tapi selama itu saya tidak mau berdoa dalam nama Yesus atau Isa Al-Masih, saya percaya kepada Allah tapi tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Anak Allah karena saya punya anggapan yang menyanggah keberadaan itu, yaitu surat Al Ikhlas yang berbunyi :

Qul huwallahu ahad
Katakanlah:"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa"

Allaahush shamad :
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu

Lam yalid wa lain yuulad :
Dia tidak beranak dan tidak (pula) diperanakkan

Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad :
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Meskipun saya ke gereja tapi kewajiban saya selaku orang Muslim untuk shalat lima waktu tetap saya kerjakan. Hingga pada suatu hari saya jatuh sakit; sesudah dua minggu sakit dan tidak ada tanda-tanda membaik, akhimya pada hari minggu ketiga, ketika seorang harnba Tuhan mengajak berdoa di Televisi saya spontanitas ambil Alkitab dan tiba-tiba Alkitab terbuka
sendiri di situ, Tuhan beri ayat untuk saya dan saya ingat sekali ayat itu :

"Seorang dara yang menderita pendarahan selama 12 tahun ketika Almasih 'Isa lewat dia menjamah jubahNya, dia percaya dengan menjamah jubahNya dia akan sembuh."

Saya pikir itu kok sama dengan saya. Akhirnya saya tantang Yesus, saya berdoa : "Ya Rabbi 'Isa kalau memang Engkau Tuhan dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit, sembuhkanlah saya," dan mujizat terjadi besoknya, saya telah sembuh.

Akhirnya saya kaji lagi surat Al-Ikhlas yang menjadi sanggahan, untuk percaya tentang Isa Al-Masih itu dan saya bandingkan dengan kisah kehidupan Isa Putra Maryam, dari mulai kelahiran,mujizat-mujizatNya, sampai kepada kematian dan kebangkitanNya kembali bahkan kedatanganNya yang kedua kali. Yang lebih melekat di hati saya, adalah Isa Putra Maryam bisa menghidupkan orang yang sudah mati, kalau manusia bisa seperti itu, dia pasti takabur apalagi kalau tidak ada dasar kasih dalam hatinya dan yang berkuasa atas hidup matinya manusia hanya Penciptanya sendiri yaitu Allah.

Dari kesemua ayat-ayat Al-Ikhlas itulah saya bisa membuktikan kalau Isa (Yesus) itu adalah Allah. Tuhan bukakan mata rohani saya, yang selama ini tertutup oleh illah-illah zaman ini dan saat itu bisa percaya bahwa Isa Almasih (Yesus Kristus) tidak hanya nabi tapi Dia juga benar-benar Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada suatu hari saya butuh legalisir ijazah saya di Sukabumi untuk melanjutkan sekolah di Bandung; saya harus pergi ke sekolah saya yang dulu, di mana saya sekolah dan mesantren. Ketika saya minta legalisasi,entah kenapa surat kelakuan baik saya dari Kepolisian terbaca oleh mereka dan di situ agama saya tertulis Kristen Protestan sedangkan ijazah saya dari Tsanawiyah; akhirnya bukan terima legalisasi tapi malah berdebat dengan guru-guru dan Ustad saya, akhirnya saya pulang ke Bandung dengan tangan hampa.

Setelah saya bisa percaya bahwa Isa itu Tuhan dan Rabboni , tantangan pertama malah datang dari orang Kristen sendiri. Saya dulu menilai orang-orang Kristen yang suka ke gereja itu baik-baik karena ada ajaran kasih tapi ternyata tidak, saya pernah dimaki-maki dan diolok-olok "Kamu jadi Kristennya pura-pura, mana mungkin orang pesantren bisa masuk Kristen, dasar tukang pelet, tukang santet dll".

Dari kesedihan itulah saya ingin pulang ke rumah untuk mengadu ke orang tua saya, tapi apa yang saya dapati ketika saya sampai di rumah, semua keluarga menjauhi, saya heran kenapa semuanya berubah seperti ini, bahkan ketika orang tua saya bilang: "Kamu dikasih apa sih sama mereka, sampai kamu bisa menjual agama kamu dan masuk Kristen?" Saya kaget orang tua saya tahu dari mana? Dan dikiranya saya masuk Kristen dikasih supermi atau dikasih apa saja sama gereja, seperti apa yang mereka sangka selama ini, bahwa orang Islam masuk Kristen dirayu atau dikasih uang atau pula dikasih makanan.

Dan caci maki pun keluar, ayah saya bilang: "Aku tidak pernah menyangka kamu bisa jadi kayak gini, kalau kamu berbuat dosa kayak apapun masih bisa diampuni tapi ini dosa murtad, dosa yang tidak bisa diampuni lagi, dulu aku bangga kamu bisa ngajar-ngajar ngaji, dipakai di masyarakat tapi sekarang tidak ada artinya lagi, aku sampai disidang oleh ketua yayasan dan guru-guru disitu dimaki-maki gara-gara kamu masuk Kristen, kamu sudah benar-benar mencemarkan nama baik dari Pesantren sampai bisa masuk Kristen, entah ditaruh di mana mukaku dan nama baik keluarga ini sama kamu, kamu kalau binatang itu sudah mesti dibunuh saking sudah benar-benar mencemarkan nama baik, sampah di pinggir jalan masih bisa berharga, tapi kamu tidak ada harganya sama sekali, dan biar kamu tahu nama kamu itu sudah ayah masukkan proposal dan dikirim ke Menteri Agama "
Untuk apa ??? Tanyaku, biar suatu saat kalau terjadi apa-apa sama kamu, saya sebagai orang tua sudah tidak mau bertanggung jawab lagi gara-­gara kamu masuk Kristen.

Bagaikan disambar geledek di siang bolong, kenapa mereka tega seperti itu, dan lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu, rupanya setelah kejadian legalisasi ijazah itu, ketua yayasan langsung memanggil orang tua saya, hingga akhirnya mereka sepakat nama saya dimasukkan proposal dan di kirim ke Departemen Agama, setelah tahu seperti itu, saya tidak ada pilihan
lain lagi selain pergi dari rumah itu dan bertekad dalam hati "Ya Rabboni 'Isa, saya tidak akan meninggalkan Engkau, walau pun orang tua saya atau saudara-mara mengabaikan saya. Hanya padamulah Tuhan aku serahkan segala bebanku ini". Tuhan Allah telah amat baik kepada diri saya. Walau pun saya telah pergi tanpa dibekali apa-apa oleh ibu dan bapa, Tuhan Allah Bapa syurgawiku tidak pernah mengabaikan saya! Halleluyah! Alhamdullilah! Sejak saat itu Allah Bapa syurgawilah yang telah membekali saya setiap kali baik dari segi rohani dan fisikal, dan Dia tidak pernah mungkiri janji-janjiNya kepada setiap domba-dombanya termasuk saya!

Sehingga akhirnya tibalah waktunya bagi saya untuk menyatakan iman percaya saya kepada Al-Masih 'Isa sebagai Tuhan dan Juruselamat saya melalui Baptisan Kudus di gereja GKI Jabar di Bandung pada bulan Desember 1994, setelah selama sembilan bulan belajar katekisasi. Setelah selesai baptisan itu saya berdoa, "Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memeteraikan saya, tetapi saya tidak ingin hanya saya saja yang selamat, saya pun ingin keluarga dan saudara-saudara saya diselamatkan, dan saya ingin menjadi Penginjil, untuk memberitakan kabar keselamatan yang berasal dari Engkau seperti yang telah saya terima".


Dan ajaib sekali Tuhan kita itu, Dia kirim dua orang ibu dengan membawa buku-buku penginjilan banyak sekali, padahal
sebelumnya saya tidak pernah mengenal dan sama sekali belum pernah bertemu dengan dua orang ibu itu, dan itu merupakan sukacita yang sangat besar sekali saya rasakan, sebagai jawaban dari doa saya untuk menjadi penginjil, dan puji Tuhan saya diperkenankan belajar di Pusat Latihan 'Christian Centre Nehemia' Jakarta dan dari apa yang saya alami saya kesimpulan :

1.Tidak ada kekuatiran dalam nama Rabbi 'Isa.

2. Kita tidak bisa bersandar pada kekuatan manusia sekalipun itu orang tua sendiri.

3. Dan keselamatan tidak bisa kita peroleh dengan amal baik kita atau dengan cuba mengumpul pahala sebanyak-banyaknya, karena keselamatan itu suatu anugerah dan hanya ada di dalam nama 'Isa Al-Masih.

Demikianlah kesaksian ini saya tulis, sebagai rasa ucapan syukur saya karena Rabboni Al-Masih 'Isa Putra Maryam telah
menyelamatkan saya dari lembah dosa dan kegelapan dan yang telah membawa ke dalam terang Allah yang ajaib.

Amin ya robbal alamin,
Hormat kami,
Kartini A.I.

Catatan redaksi :

Dua orang ibu tersebut menemukan alamat yang bersangkutan di suatu toko buku di Bandung. Dua orang ibu itu merasa terbeban dan mencari alamatnya sampai ketemu. Berkat Tuhan! Tuhan sendiri yang menuntun mereka, pasti ketemu.
Hodu ladonai! Puji Tuhan! Halleluya!

Tuhan memberkati mereka semua Amin

Ulasan redaksi :

Kebanyakan orang muslim, seperti saudara Kartini A.I. banyak membenci dan mendebat orang Kristen, padahal
Al Qur'an menyebutkan orang Kristen, orang Nasrani itu persahabatannya paling dekat dengan orang lslam.


--------------------------------------------------------------------------------

Indeks Utama