Sabtu, 18 Oktober 2008


KESAKSIAN ZACHARIAH ANANI
Zachariah Anani seorang pejuang milisi remaja. Lahir dari keluarga muslim di Beirut, Libanon, dia mulai sekolah islam ketika umur tiga tahun. Kakek dan kakek buyutnya adalah ulama terkenal, dan keluarganya mengharapkan dia meneruskan tradisi tersebut. Diumur 13 dia bergabung dengan kelompok militer yang banyak bertumbuhan diawal tahun 70an. “Semua fragmen religius disana masing-masing punya milisi rahasia sendiri,” katanya. “Saya dididik untuk melawan dan membunuh yahudi, dan membenci orang kristen dan orang amerika.” Pihak Keluarga senang dengan keputusannya ini karena menurut ajaran islam, mereka yang mati dalam perang melawan ‘kafir’ pasti mendapat surga. Ironisnya, Anani hanya sekali saja berhadapan dengan pihak israel . Seringnya dia bertempur melawan kelompok muslim lain. Segera setelah mendaftar ke milisi, dia melakukan pembunuhan pertamanya. Ketika dia berumur 16 tahun, dia sudah berpikiran bahwa, “hidup itu tidak ada artinya, Setiap kali kubunuh seseorang dan dua atau tiga orang pejuang temanku menjadi saksi, mereka akan memberi poin dalam catatanku. Saya sudah mendapat 223 poin.” Bahkan teman-teman pejuangnya juga takut padanya. “Meski kita punya rasa setia satu sama lain, tapi kita juga selalu siap untuk melenyapkan musuh ataupun teman.” Ketika seorang muslim fanatik bergabung dengan resimennya dan mulai mengetuki pintu-pintu rumah orang dipagi buta (pukul 3.00) untuk memerintahkan mereka sholat, Anani menghardiknya: “Aku tidak akan sholat, jadi jangan ketuk rumahku.” Ketika dia masih mendengar ketukan itu besok paginya, Anani mengokang senjata, membuka pintu dan menembaknya, lalu kembali tidur. Anani dengan cepat naik pangkat menjadi pemimpin pasukan, lalu tidak lama kemudia dia bisa membentuk resimennya sendiri. Tapi “hidup seakan kosong dan penuh kengerian,” katanya. Anani bertemu seorang misionaris kristen dan mendapat perjalanan spiritual yang panjang lalu memutuskan untuk masuk kristen, yang mana titik ini menjadi titik balik dalam kehidupannya. Zak awalnya mencoba merahasiakan iman barunya ini, kecuali pada seorang professor, tak seorangpun diuniversitas yang mencurigai dia telah menjadi seorang kristen. Tapi pada kampung dimana dia dibesarkan, para tetangga semua sudah tahu dan ia mulai dianiaya. Dia lalu memutuskan pindah kekota, kebagian/sektor kristen, tapi penganiayaan itu terus berlanjut. Bahkan ayahnya sendiri menyewa pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Akhirnya para pemimpin gereja berhasil meyakinkannya untuk meninggalkan Lebanon karena keberadaannya membahayakan orang lain. Ditahun 1996 Anani memasuki Kanada sebagai pengungsi. Ketika Anani berdebat dengan seorang ulama muslim di Amerika, keluarganya di Lebanon diserang sekelompok orang, dua anaknya harus dioperasi karena serangan ini. Butuh tiga tahun yang penuh kesulitan untuk membawa istri dan tiga anaknya pindah ke Kanada. Zak telah sering diserang karena iman kristennya ini, bahkan di Kanada juga. Ketika di Lebanon dia hampir dipancung, dia terselamatkan oleh patroli yang lewat, gang Islamis yang memancungnya melarikan diri, Zak ditinggalkan dengan luka lebar menganga dilehernya. Zak hampir mati kehabisan darah, malah sebenarnya telah dinyatakan mati secara teknis selama tujuh menit, sebelum berhasil dikembalikan. Di Kanada dimana dia sekarang tinggal, rumah dan mobilnya pernah dibakar, keluarganya pernah diserang secara fisik, juga Zaknya sendiri. Berbicara disebuah negara yang bebas pun kadang tidak seaman seperti seharusnya.

Artikel Yang Lain:
- Kesaksian Akbar Dari India
- Kesaksian Baharom
- Kesaksian Christian Andryansah
- Kesaksian Muhammad Talad


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan anda masukkan komentara anda,namun,kami mohon maaf kalau lama kami tanggapi komentar tersebut.